Indotorial.com, - Kelangkaan pupuk bersubsidi terus menjadi permasalahan serius bagi petani di Kabupaten Solok, terutama di Kecamatan Danau Kembar yang meliputi kawasan Danau Diatas dan Danau Dibawah. Tidak hanya memukul petani padi, kekurangan pupuk ini juga berdampak besar pada petani sayuran, seperti cabai, kol, wortel, dan tomat. Akibatnya, hasil panen sayuran menurun drastis, yang diperparah oleh cuaca buruk selama sebulan terakhir.
Ramli, seorang petani sayur di Jorong Aie Tawa Utara, Nagari Kampuang Batu Dalam, Kecamatan Danau Kembar, mengungkapkan bahwa kekurangan pupuk telah menghancurkan tanaman cabai miliknya. "Tanaman cabai saya biasanya bisa tumbuh hingga satu meter, tetapi sekarang hanya mencapai 50 cm. Buah cabai juga cenderung membusuk," ujar Ramli pada Kamis (9/7).
Produktivitas tanaman cabai Ramli mengalami penurunan hingga 20%. Jika sebelumnya satu batang cabai dapat menghasilkan sekitar 1 kg buah, kini hanya menghasilkan 8 ons per batang. Menurutnya, kondisi ini tidak hanya dialami dirinya, tetapi juga banyak petani lain di Kampuang Batu Dalam, terutama mereka yang memiliki modal terbatas. "Petani yang punya modal besar masih bisa bertahan karena mampu membeli pupuk non-subsidi, meski harganya sangat mahal," tambah Ramli.
Harga pupuk non-subsidi yang mencapai Rp 140.000 hingga Rp 160.000 per sak jauh berbeda dengan pupuk bersubsidi yang hanya seharga Rp 90.000 per sak. Ramli berharap agar pemerintah daerah segera mengambil tindakan untuk menstabilkan harga pupuk, terutama menjelang lebaran yang diperkirakan akan membuat stok cabai semakin menipis dan harganya melambung tinggi.
Raunis, seorang petani cabai dari Nagari Jawi-jawi, Kecamatan Gunung Talang, juga mengalami kesulitan serupa. Ia mengeluhkan harga cabai yang menurun saat ia panen, padahal biaya produksi sudah sangat tinggi. "Saya yakin harga cabai akan melambung saat bulan Ramadan tiba, tetapi sayangnya saat itu tanaman saya sudah lewat masa panennya," ujar Raunis.
Ia juga menambahkan bahwa rendahnya harga cabai saat ini bukan disebabkan oleh produksi yang melimpah, melainkan ulah spekulan. Meskipun produksi cabai di Kabupaten Solok menurun, harga cabai tak kunjung naik karena adanya pasokan cabai dari luar daerah.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok, Ir. Iryani, mengimbau para petani untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk urea bersubsidi dan pupuk organik bersubsidi. "Kami berharap petani mau menggunakan pupuk secara berimbang, yaitu mencampur pupuk urea bersubsidi dengan pupuk organik bersubsidi. Untuk lahan seluas satu hektar, idealnya petani hanya memerlukan 250-300 kg urea," ungkap Iryani.
Dengan kelangkaan pupuk yang semakin parah, para petani berharap ada solusi cepat dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini agar produksi pertanian, terutama cabai dan sayuran, tidak terus menurun dan mempengaruhi stabilitas harga di pasar.